Why do we fall, sir? So that we might better learn to pick ourselves up.
--Alfred Pennyworth, Batman Begins, 2005
Saat seseorang yang berjalan kaki menuju suatu tempat, pasti ada saat dimana jalan yang dilaluinya nggak mulus,becek (ngga ada ojek juga...:D), bumpy, berlubang lubang n nggak gampang dilalui. Ada saatnya juga rintangan rintangan ini kadang membuat kita terpeleset, terperosok, jatuh terus luka.
Masalahnya, ketika luka di kaki saya terlalu sakit buat diajak berjalan, saya sering berpikir untuk berhenti. Tapi lalu saya ingat....akan selalu ada dua pilihan untuk diambil - yang pertama, diam saja, tenggelam dalam luka dan rasa sakit dan berhenti berjalan. Pilihan ini seringkali jadi salah satu pilihan yang paling mudah diambil, karena tidak membutuhkan pertimbangan, keberanian dan guts sama sekali. Pilihan kedua adalah pilihan yang sulit untuk diambil - untuk tetap bertekad meneruskan berjalan walau kaki luka dan sakit. Mengumpulkan atom atom keberanian dan kekuatan untuk tetap menyeret kaki yang luka. Tapi pilihan kedua bukan cuma tentang sok berani, sok tidak merasakan luka dan sok memaksa diri untuk berjalan. Pilihan kedua adalah tentang mempelajari kenapa kita bisa jatuh, memahami sebuah rasa sakit dalam hati kita, apa penyebabnya, dan bagaimana mencegahnya agar tidak terjadi lagi. Belajar soal diri kita sendiri. Belajar berdiri.
Dan yang nggak kalah pentingnya....belajar bahwa kalau kita luka, kita tidak bisa langsung berdiri dan jalan lagi. Kita butuh sejenak waktu untuk duduk menikmati rasa sakit tapi tidak tenggelam di dalamnya. Untuk mengeluh sebentar tapi tidak menyerah karenanya. Untuk mendiamkan luka sebentar, lalu pelan pelan (sambil menahan sedikit sakit...) berdiri dan berjalan lagi. Akan selalu dibutuhkan sedikit waktu (satu milisekonpun...pasti butuh..) untuk bisa bangkit kembali. Tapi itu tak berarti kita berhenti......
*Dedicated to mum and dad..the reason why i'm still strong enough to walk until now*
Thursday, May 22, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment